Ujian untuk Belajar, Bukan Belajar untuk Ujian
Oleh : Yanyan Kusyana, S.Pd
(Peserta Sekolah Kepenulisan PGC _Foundation Batch_ #3)
Ujian Serentak Nasional telah tiba. Suasana haru dan semangat terpancar dari wajah para siswa kelas IX di salah satu SMPIT di kota Bekasi yang mengikuti ujian. Ujian Nasional sekarang dikenal dengan istilah PSAJ (Penilaian Sumatif Akhir Jenjang). Momen ini menjadi titik krusial dalam fase akhir pendidikan jenjang sekolah.
Selama beberapa hari, bahkan pekan, para siswa fokus mempersiapkan diri. Buku pelajaran menjadi teman sehari-hari, jadwal istirahat pun tergeser demi mengulang materi. Ada yang rela begadang, ada pula yang menahan lelah demi satu harapan: lulus dengan hasil terbaik.
Namun, fenomena ini juga mengundang refleksi. Terlalu sering proses belajar disempitkan maknanya hanya sebatas menghadapi ujian. Padahal, sejatinya ujian hanyalah bagian kecil dari proses panjang pembentukan diri. Pendidikan bukan sekadar mencetak nilai, melainkan membentuk akhlak, karakter, dan tujuan hidup
Siswa-siswi itu adalah bagian dari harapan umat. Di pundak mereka kelak akan tertumpu nilai-nilai Islam yang _rahmatan lil ‘alamin_. Sebagai pendidik, di dasar hati terdalam saya berdoa semoga ujian ini menjadi _wasilah_ lahirnya generasi yang tangguh, jujur, dan siap menopang nilai-nilai Islam di seluruh penjuru bangsa Indonesia. Ujian hanyalah pintu kecil menuju tanggung jawab besar sebagai pewaris risalah.
Pendidikan Islam yang utuh (_wasathiyah_) menekankan keseimbangan antara ilmu dan iman, antara prestasi dan akhlak. Oleh karena itu, penting bagi kita semua (guru, orang tua, dan siswa) untuk meluruskan kembali arah belajar: belajar bukan demi ujian, tapi menjadikan ujian sebagai alat ukur pertumbuhan ilmu dan karakter.
Semoga Allah swt memberkahi setiap langkah para siswa dan menjadikan ilmu mereka sebagai cahaya, bukan hanya untuk menjawab soal semata, tapi untuk menghadapi tantangan kehidupan ke depan. Aamiin.
#Narasiuntuksivilisasi
Komentar
Posting Komentar