Level Pemula: Untuk Dakwah dan Tadabbur
1. Apa Itu Mantiq?
Definisi:
Mantiq secara bahasa berarti “ucapan yang runtut.” Secara istilah, mantiq adalah ilmu yang mempelajari cara berpikir yang benar agar terhindar dari kesalahan dalam memahami atau menyimpulkan sesuatu.
Dalil Indikatif:
> “Afala ta'qilun?” – (Apakah kalian tidak berpikir?) – (QS. Al-Baqarah: 44, dan banyak lainnya)
→ Al-Qur’an mendorong penggunaan akal yang benar.
Ungkapan "afalā ta‘qilūn" (أَفَلَا تَعْقِلُونَ) yang bermakna "maka apakah kalian tidak menggunakan akal?" adalah ungkapan Al-Qur’an yang sering diulang dalam konteks seruan untuk berpikir, merenung, dan menggunakan akal sehat.
Dalil dan Referensinya
Frasa "أَفَلَا تَعْقِلُونَ" muncul dalam banyak ayat, di antaranya:
1. Surah Al-Baqarah ayat 44
> أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَـٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
> “Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab? Maka tidakkah kamu berpikir?”
— QS. Al-Baqarah: 44
2. Surah Al-An'am ayat 32
> وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ ۖ وَلَلدَّارُ ٱلْـَٔاخِرَةُ خَيْرٌۭ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
> “Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah permainan dan senda gurau belaka. Sedangkan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mengerti?”
— QS. Al-An'am: 32
Makna dan Hikmah
Frasa "afalā ta‘qilūn" digunakan dalam Al-Qur'an untuk:
Menegur manusia yang tidak mau berpikir atas tanda-tanda kekuasaan Allah
Mengajak menggunakan akal sehat dalam memahami wahyu dan ciptaan-Nya
Mengkritik kelompok yang keras kepala, tidak mau mengambil pelajaran dari sejarah dan nasihat
ayat-ayat lain yang menggunakan frasa sejenis:
afalā tatafakkarūn (أفلا تتفكرون)
afalā tadzakkarūn (أفلا تذكرون)
la‘allahum ya‘qilūn (لعلهم يعقلون)
Itu semua masuk dalam kategori dakwah berbasis akal sehat (ta‘aqqul), dan sering digunakan oleh Nabi SAW dan Al-Qur’an untuk mengajak manusia berpikir sebelum beriman.
2. Tujuan Ilmu Mantiq
Meluruskan cara berpikir
Menghindari kesalahan logika (mughālathāt)
Memahami dalil-dalil agama dengan akurat
Membela Islam dengan hujjah (argumentasi yang kuat)
3. Unsur Dasar dalam Mantiq
a. Tasawwur (Konsep)
Memahami sesuatu tanpa memberi penilaian.
Contoh: “Manusia”, “Buku”, “Allah”, “Tauhid”.
b. Tashdiq (Penilaian/Pembenaran)
Menyatakan benar atau salah atas suatu pernyataan.
Contoh: “Semua manusia itu fana.” (pernyataan tashdiq)
4. Hukum Dasar Berpikir (Qawā‘id al-‘Aqliyyah)
a. Hukum Identitas
> Sesuatu itu adalah dirinya sendiri.
Contoh: “Kucing adalah kucing.”
b. Hukum Non-Kontradiksi
> Tidak mungkin sesuatu dan lawannya benar dalam waktu dan keadaan yang sama.
Contoh: “Air itu panas dan tidak panas pada saat yang sama” → Tidak mungkin.
c. Hukum Eksklusi Tengah (Law of the Excluded Middle)
> Setiap pernyataan pasti benar atau salah. Tidak ada posisi tengah.
Contoh: “Langit sedang hujan atau tidak hujan.”
5. Jenis-jenis Pernyataan (Qaḍiyyah)
Qaḍiyyah Kulliyyah (Universal):
“Setiap Muslim wajib shalat.”
Qaḍiyyah Juziyyah (Partikular):
“Sebagian manusia zalim.”
6. Qiyas Mantiqi (Syllogisme Logika)
Contoh:
Premis 1: Semua manusia akan mati.
Premis 2: Zaid adalah manusia.
Kesimpulan: Maka Zaid akan mati.
Ini adalah bentuk dasar qiyas logis dalam mantiq.
7. Kesalahan Logika (Mughālaṭāt)
Contoh:
Argumentum ad populum: “Semua orang melakukannya, jadi pasti benar.”
Red Herring: Mengalihkan topik agar tidak membahas yang inti.
Komentar
Posting Komentar