Langsung ke konten utama

Ashabul Kahfi: Konteks Awal Kisah Tujuh Pemuda

Kisah Ashabul Kahfi

Ashabul Kahfi: Konteks Awal Kisah Tujuh Pemuda

15 Apr 2023, 13:03 WIB

Ketujuh pemuda dalam kisah Ashabul Kahfi hidup pada masa Kaisar Decius.

Alquran mengandung kisah-kisah yang berhikmah besar. Di antaranya mengenai Para Penghuni Gua (Ashabul Kahfi), yang dinarasikan dalam Surah al-Kahf ayat 9–26. Walaupun firman Allah SWT itu tidak mencantumkan siapa nama mereka, di mana lokasi dan kapan peristiwa yang dimaksud, kisah tersebut benar-benar pernah terjadi.


Kalangan sejarawan yang mengkajinya sering merujuk pada konteks sejarah penduduk Upsus (Ephesus). Ephesus merupakan nama kota kuno di pesisir Turki Barat—sekitar tiga kilometer Distrik Selçuk, Provinsi Izmir, Turki.


Daerah yang diduga menjadi tempat tinggal Ashab al-Kahfi tidak hanya itu. Selain di sekitar Selçuk, ada pula Gua Eshab-ı Kehf, yang kini sebuah destinasi wisata di wilayah utara Kota Tarsus, Provinsi Mersin.


Kemudian, Gua Eshab-ı Kehf Kulliye (Kompleks Utsmaniyyah-Islam) di Distrik Afsin, Provinsi Kahramanmaras. Pemerintah setempat pada 2015 lalu sudah mendaftarkan kompleks di Afsin tersebut ke UNESCO untuk menjadi kandidat Warisan Peradaban Dunia.


Ashab al-Kahfi merujuk pada tujuh orang pemuda dan seekor anjing yang—atas izin Allah SWT—tidur di dalam gua selama ratusan tahun, yakni 300 tahun syamsiah atau 309 tahun kamariah.


Buku Ensiklopedi Islam mengungkapkan, penamaan ashab al-kahfi terdapat dalam ayat ke-9 Surah al-Kahf, sedangkan kata al-kahfi atau kahfi ditemukan pada ayat-ayat ke-10, 11, 16, 17, dan 25 surah yang sama. Nuansa kisahnya adalah pertentangan antara kebenaran dan kebatilan; antara keteguhan bertauhid dan kezaliman penguasa yang musyrik.


 

Ashab al-Kahfi merujuk pada tujuh orang pemuda dan seekor anjing yang—atas izin Allah SWT—tidur di dalam gua selama ratusan tahun.

Konteks kisah


Kisah Ashabul Kahfi diperkirakan terjadi pada masa kaisar Romawi yang bernama Gaius Messius Quintus Decius. Dia memerintah dalam rentang tahun 249-251 M. Sejak zaman Kaisar Nero (54-58), orang-orang yang meyakini kebenaran risalah Nabi Isa AS kerap menjadi sasaran kekerasan.


Bahkan, banyak yang dipaksa menjadi umpan singa di arena gladiator, yang dibuat semata-mata untuk hiburan penguasa dan warga Roma. Pada zaman Decius, persekusi atas kaum Nasrani mulai berlangsung terstruktur dan sistematis.


Pada Januari 250, kaisar yang lahir di Budalia (kini Serbia) itu menginstruksikan setiap warga agar menyembah berhala. Peribadatan harus disaksikan aparat negara, sehingga rakyat dibayang-bayangi ketakutan. Siapapun yang menentang aturan itu diperintahkannya untuk ditangkap dan, bila perlu, dibunuh.


 

Pada zaman Decius, persekusi atas kaum Nasrani mulai berlangsung terstruktur dan sistematis.

  

Bagaimanapun, tidak sedikit orang beriman yang menolaknya. Meskipun intimidasi terus digencarkan Decius dan jajarannya, mereka tidak gentar sedikit pun dan semakin solid melawan.


Di antara mereka terdapat para pemuda. Buku Corpus Inscriptionum Arabicarum Palaestinae (Jilid Enam) menyebutkan siapa saja nama-namanya. Dalam bahasa Latin, sebutan mereka sebelum beriman adalah Achillides, Diomedes, Diogenes, Probatus, Stephanus, Sambatius, dan Quiriacus.


Setelah menjadi pengikut ajaran Nabi Isa AS, mereka berturut-turut berganti nama menjadi Maximianus, Malchus, Martinianus, Constantinus, Dionysius, Johannes, dan Serapion. Sumber lain, Ensiklopedia Britannica, mengungkapkan bahwa tradisi Kristen Barat menamakan mereka sebagai Maximian, Malchus, Marcian, John, Denis, Serapion, dan Constantine.


Berikut ini yang dipakai adalah penamaan yang populer di lingkungan tradisi lisan masyarakat Syam, yakni berturut-turut mereka adalah Maximilian, Jamblichus, Martin, John, Dionysius, Antonius, dan Constantine.


 

Selain Antonius, keenam orang tersebut merupakan pejabat penting di lingkungan istana Gubernur.

Selain Antonius, keenam orang tersebut merupakan pejabat penting di lingkungan istana Gubernur Daqyanus. Seperti halnya sang kaisar, gubernur tersebut merupakan seorang penyembah dewa-dewi Romawi. Tidak mengherankan bila mertua Maximilian itu menghiasi setiap sudut kota Ephesus dengan patung-patung yang menggambarkan ajaran politeisme.


Akan tetapi, keluarganya tidak seluruhnya terjerumus kesesatan. Istrinya sendiri diam-diam beriman pada tauhid. Setelah hal itu diketahuinya, Daqyanus pun membakar hidup-hidup pasangannya itu di depan umum. Kejadian ini disaksikan putrinya, Helen, yang akhirnya mengikuti jejak ibundanya, menjadi orang beriman secara sembunyi-sembunyi.


Ketika dewasa, Helen dinikahkan dengan Maximilian yang tidak lain anak seorang pejabat yang dekat secara politik dengan Kaisar Decius. Daqyanus berharap, pernikahan putrinya itu akan memuluskan jabatannya di Ephesus. Setidak-tidaknya, besannya itu yang menjabat senat tidak mungkin menjelek-jelekkan namanya di hadapan sang kaisar. Pasangan Maximilian dan Helen dikaruniai anak bernama Iqmith.


Hidayah Illahi


Suatu hari, Maximilian ingin memesan sebuah patung dewa untuk disembahnya di dalam rumah. Dia pun pergi kepada seorang perupa yang paling terkenal di pasar.


Awalnya, tukang tersebut menolak permintaan Maximilian dengan alasan dirinya sekarang hanya membuat pot-pot dari tanah liat. Menantu Gubernur Daqyanus itu terus memaksanya, sehingga dibuatlah sebuah patung seperti yang diinginkan.


Beberapa hari kemudian, patung dewa yang dinanti-nanti akhirnya tiba di rumah. Maximilian ternyata kecewa setelah melihatnya. Dia menilai mutu pesanannya itu jauh dari yang diharapkannya semula.


Patung itu pun dibuangnya, sehingga pecah berkeping-keping. Perupa yang membuatnya bertanya kepadanya, “Bukankah itu dewa yang Tuan sembah? Apa Tuan tidak takut dengan kutukan akibat perbuatan ini?”


“Patung ini hanyalah buatan tanganmu. Tidak akan bisa memberikan kutukan atau kesengsaraan kepadaku,” jawab Maximilian.


“Lantas, mengapa Tuan menyembahnya? Jika patung itu saja dibuat oleh tangan manusia, mengapa tidak menyembah Tuhan Yang Satu, yang telah menciptakan seluruh manusia, termasuk saya dan Tuan sendiri?” cecar perupa itu tanpa ragu.


 

Mengapa tidak menyembah Tuhan Yang Satu, yang telah menciptakan seluruh manusia, termasuk saya dan Tuan sendiri?

Kata-kata ini membuat Maximilian terdiam. Berhari-hari lamanya, dia memikirkan makna di balik ucapan itu. Pada titik inilah, hidayah Illahi menerangi hatinya.


Beberapa hari kemudian, ia curhat kepada istrinya. Diungkapkannya, timbul keraguan pada berhala-berhala.


Helen mengatakan kepadanya bahwa penyembahan pada berhala tidak sesuai fitrah penciptaan manusia. “Bagaimana mungkin manusia menyembah apa yang dibentuk oleh tangannya sendiri?”


Istrinya itu mengatakan kepadanya, Nabi Isa AS telah mengajarkan kebenaran bahwa manusia seharusnya beriman kepada Allah, Tuhan Yang Satu.


Sejak saat itu, Maximilian mulai belajar Injil. Di rumahnya, dia kerap mengundang seorang alim Nasrani untuk mengajarkan kepadanya ajaran Nabi Isa AS. Tentunya, hal itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindar dari kecurigaan mertuanya.


Membela kaum Mukminin


Sementara itu, penindasan atas orang-orang Nasrani semakin gencar. Suatu hari, seorang tokoh lokal yang beriman pada tauhid dihukum dengan cara disalib. Bahkan, jasadnya kemudian dibakar dan ditampilkan di dekat pasar. Hal itu menjadi cara penguasa Romawi untuk memperingatkan rakyat agar selalu takut dan tidak berpaling dari politeisme.


Melihat kejadian ini, Maximilian tergerak untuk membantu keluarga syuhada tersebut. Pada malam hari, dia dan lima orang pengawalnya diam-diam menurunkan jasad martir itu, sehingga bisa diserahkan pada ahli waris dan dikuburkan secara layak.


Tindakan Maximilian menjadi peluang bagi sejumlah pejabat di istana yang memang sejak semula menganggapnya hanya orang asing dari Roma—bukan asli Ephesus.


Seorang pejabat kemudian meminta Daqyanus agar menghadirkan menantunya itu dan kawan-kawannya. Tujuannya untuk menguji keberpihakan mereka, apakah masih pada agama politeistik Romawi ataukah ajaran Nabi Isa AS. (bersambung)

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Forum DAWAI Gelar Halalbihalal: Satukan Semangat Dakwah Wasathiyah di Bekasi Timur

    Bekasi, 4 Mei 2025 — Forum Dai Wasathiyah Indonesia (DAWAI) menyelenggarakan kegiatan halalbihalal berlokasi di area Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur. Acara ini menjadi momen penting untuk mempererat ukhuwah dan merawat semangat dakwah di tengah dinamika zaman yang terus berubah. Acara ini turut mengundang sejumlah tokoh penting sebagai bentuk dukungan dan pembinaan terhadap gerakan dakwah para dai muda. Hadir dalam kesempatan tersebut KH. Drs. Nur Rasyid, M.Pd.I., M.Si. selaku perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Bekasi Timur, para alumni senior Program Kaderisasi Ulama (PKU) MUI Kota Bekasi dari angkatan I hingga III, serta para dosen pembina PKU, seperti KH. Jamalullail, Lc. dan Dr. Sa’dullah, M.Si.. Kehadiran mereka memberikan warna tersendiri bagi Forum DAWAI—yang dibentuk oleh alumni PKU angkatan IV—dalam upaya memberikan arahan, masukan, dan semangat kepada para dai muda agar mampu menjadi pelanjut estafet dakwah di Kota Bekasi secara cerdas, konsisten, ...

    OSIS SMPIT Thariq bin Ziyad dan Forum DAWAI Jatimulya, Bekasi Gelar Pelatihan Proposal dan Kemandirian Organisasi Pelajar

    Bekasi, 16 Mei 2025 — Semangat kemandirian dan kepemimpinan mewarnai Aula SMPIT Thariq bin Ziyad Jatimulya, Bekasi, saat Forum DAWAI (Dai Wasathiyah Indonesia) bekerja sama dengan OSIS mengadakan pelatihan bertajuk "Merancang Kegiatan dan Membangun Kemandirian Pelajar". Pelatihan ini dihadiri langsung oleh Ketua Forum DAWAI, Dimas Fajri Adha, yang membawakan materi utama seputar penyusunan proposal kegiatan dan strategi membangun jejaring kerja sama (sponsorship edukatif). Dalam penyampaiannya, Dimas menjelaskan bahwa pembuatan proposal bukan sekadar kegiatan administratif, melainkan bagian dari proses pembelajaran menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan komunikatif. “Ini bukan tentang cari dana, tapi tentang menunjukkan bahwa kita punya rencana yang jelas, niat yang baik, dan kemampuan untuk mewujudkannya bersama,” ujar Dimas. Ia juga membagikan trik dan tips agar organisasi pelajar dapat berjalan efektif, yakni dengan komunikasi yang terbuka dan sikap profesi...