Di zaman serba bebas ini, berhijab sering dianggap sebagai pilihan personal yang hanya bisa dilakukan jika “hatinya sudah siap.” Kalimat seperti “aku belum siap”, atau “biar hijab lahir dari hati” terdengar lembut, tapi bisa menjadi jebakan penundaan.
Padahal dalam Islam, berhijab adalah perintah Allah yang tegas, bukan pilihan opsional. Dan seperti perintah shalat, zakat, atau puasa—ia tidak menunggu rasa siap, tapi perlu ketaatan terlebih dahulu.
Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman agar mereka menahan pandangannya, menjaga kemaluannya, dan jangan menampakkan perhiasannya..."
(QS. An-Nur: 31)
Dan dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah RA:
“Asma binti Abu Bakar datang kepada Rasulullah SAW dengan mengenakan pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan bersabda: 'Wahai Asma, sesungguhnya seorang perempuan jika telah haid (baligh), maka tidak pantas terlihat darinya kecuali ini dan ini saja' – sambil menunjuk wajah dan telapak tangan.”
(HR. Abu Dawud – hasan)
Taat Itu Tidak Selalu Menunggu Siap
Banyak orang mengira bahwa ketaatan harus datang dari hati yang “ikhlas dulu”. Padahal, ketaatan sering kali justru mendidik hati agar menjadi ikhlas. Menanti siap bisa jadi akan terus tertunda, sebab hati itu berubah-ubah.
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Barangsiapa datang kepada-Ku berjalan, maka Aku akan datang kepadanya berlari."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat lain:
"Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Aku mudahkan baginya jalan menuju surga."
(HR. Muslim)
Ini menunjukkan bahwa hidayah itu dijemput, bukan ditunggu. Berhijab adalah salah satu langkah konkret menuju ketaatan dan keberkahan.
Paksakan Diri Demi Kebaikan
Rasulullah SAW pun diperintahkan untuk bersabar dalam melaksanakan perintah Allah, meskipun berat:
"Dan perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat, dan bersabarlah atasnya."
(QS. Taha: 132)
Bersegera dalam kebaikan juga dianjurkan:
"Bersegeralah kalian melakukan amal saleh, karena akan datang berbagai fitnah seperti potongan malam yang gelap..."
(HR. Muslim)
Menunggu hati siap tanpa langkah nyata, akan memperpanjang jarak kita dengan hidayah.
Hijab Bukan Akhir, Tapi Awal Perubahan
Memakai hijab bukan berarti sudah sempurna. Tapi itu langkah awal menuju perbaikan. Jangan takut disebut munafik hanya karena masih belajar. Yang Allah nilai adalah usaha dan komitmen, bukan kemanusiaan yang tanpa cela
Beranilah Memulai
Hijab bukan beban, tapi pelindung. Bukan penjara, tapi penjaga kemuliaan. Maka jangan tunggu hati siap. Mulailah meski berat. Paksakan diri, karena surga memang untuk mereka yang serius mengejar ridha-Nya.
“Kalau menunggu sempurna untuk taat, kita akan kalah oleh hawa nafsu yang tak kenal henti.”
Komentar
Posting Komentar