Langsung ke konten utama

Hadits Arbain ke 1: Setiap Amalan Tergantung pada Niat

Tahukah Sahabat, setiap ibadah yang kita lakukan ternyata bisa berujung sia-sia lho. Kok bisa? Ya, ada sebagian orang yang sudah berletih-letih ibadah dan bersusah payah melakukan kebaikan, akan tetapi tidak menuai pahala sama sekali. Hal yang dilakukannya sia-sia di mata Allah Azza wa Jalla. Ia pun merugi. Rugi sekali!
Lalu, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Mengapa ia bisa merugi? Yuk simak penyelasannya!

Setiap Amalan Tergantung Niatnya



Sahabat, dalam hadis Arbain An-Nawawi yang ke-1 dikatakan bahwa setiap amalan seseorang itu tergantung pada niatnya. Ia akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Jika ia meniatkan untuk dunia, maka itulah yang akan ia dapat. Begitu pun juga apabila ia meniatkan untuk Rabb-Nya, maka itulah yang akan diperolehnya.
Berikut terjemahan hadis Arbain An-Nawawi yang ke-1:
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Al Khaththab r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang itu hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya keapda Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.’” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Sebab Munculnya Hadis Ini

Sahabat, hadis Arbain An-Nawawi yang ke-1 ini muncul dikarenakan ada seseorang yang ikut hijrah bersama Rasulullah saw. dari Kota Mekah menuju Kota Madinah dengan niat mengikuti pujaan hatinya. Ya, seseorang itu berhijrah karena seorang wanita yang dikasihinya.
Kisah tersebut berdasarkan pada apa yang disampaikan oleh hadis riwayat Ath-Thabrani berikut ini:
Dari Ibnu Mas'ud r.a., ia berkata, "Di antara kami ada seorang laki-laki yang meminang seorang perempuan yang bernama Ummu Qais, tetapi dia menolak untuk dinikahi hingga dia (Ummu Qais) pergi berhijrah, maka dia (laki-laki itu) ikut berhijrah dengan niatan bisa menikahinya. Maka kami menamainya Muhajir Ummu Qais."
Kedudukan Hadis ini
Sahabat, hadis pertama ini termasuk hadis yang penting dalam Islam. Mengapa? Seperti yang telah disinggung di awal tulisan, bahwa setiap amalan yang kita kerjakan akan tergantung pada niatnya.
Abu Dawud pernah berkata, "Hadis ini adalah setengah Islam, karena agama itu terbagi kepada yang tampak yaitu amal dan yang batin yaitu niat.” Imam Ahmad dan Imam Syafi'i juga pernah berkata, "Hadis ini merupakan sepertiga ilmu. Sebab seorang hamba mendapat pahala karena perbuatan hati, lisan dan anggota badannya, dan niat dilakukan dengan hatinya."

Pelajaran dari Hadis Ini

Sahabat, banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari hadis Arbain An-Nawawi yang ke-1 ini. Berikut beberapa pelajarannya:
  1. Niat merupakan penentu nilai ibadah kita dan merupakan syarat sahnya ibadah yang kita lakukan. Jadi, perbaikilah terlebih dahulu niat kita. Cek kembali apakah niat kita untuk dunia atau untuk mencari keridaan Allah Swt. semata? Pilihlah niat untuk mencari rida-Nya agar amalan kita diterima di sisi-Nya
  1. Niat berasal dari lubuk hati, sehingga kita perlu terus menerus menanamkan niat yang lurus dalam hati. Ya, evaluasilah niat kita di awal sebelum amal perbuatan ditunaikan, di tengah saat amal dilakukan, dan di akhir setelah amal selesai dikerjakan. Niat bisa goyah karena godaan setan yang terkutuk, maka teruslah luruskan niat kita.
  1. Untuk mendapat pahala, kita harus ikhlas dalam beramal. Tanpa ikhlas maka akan sia-sia belaka. Sementara keikhlasan untuk mencari keridaan-Nya akan membuahkan pahala yang berlipat-lipat. Bahkan, amal kebaikan yang sederhana pun seperti halnya tersenyum ramah akan bernilai pahala jika kita melakukannya dengan ikhlas hanya untuk Allah Azza wa Jalla.
  1. Karena niat adalah setengah dari Islam, maka jika ada halangan untuk beribadah tapi sudah berniat dalam hati, maka tetap mendapatkan pahala. Hal tersebut berdasarkan pada hadis Rasulullah saw. berikut ini:

“Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Alaâh tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Sahabat, dari hadis Arbain An-Nawawi yang ke-1 ini kita belajar bahwa kita harus memperhatikan niat dalam setiap amal kebaikan yang kita lakukan. Jangan sampai niat kita ditujukan hanya untuk mendapat pujian atau kesenangan dunia semata.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Forum DAWAI Gelar Halalbihalal: Satukan Semangat Dakwah Wasathiyah di Bekasi Timur

Bekasi, 4 Mei 2025 — Forum Dai Wasathiyah Indonesia (DAWAI) menyelenggarakan kegiatan halalbihalal berlokasi di area Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur. Acara ini menjadi momen penting untuk mempererat ukhuwah dan merawat semangat dakwah di tengah dinamika zaman yang terus berubah. Acara ini turut mengundang sejumlah tokoh penting sebagai bentuk dukungan dan pembinaan terhadap gerakan dakwah para dai muda. Hadir dalam kesempatan tersebut KH. Drs. Nur Rasyid, M.Pd.I., M.Si. selaku perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Bekasi Timur, para alumni senior Program Kaderisasi Ulama (PKU) MUI Kota Bekasi dari angkatan I hingga III, serta para dosen pembina PKU, seperti KH. Jamalullail, Lc. dan Dr. Sa’dullah, M.Si.. Kehadiran mereka memberikan warna tersendiri bagi Forum DAWAI—yang dibentuk oleh alumni PKU angkatan IV—dalam upaya memberikan arahan, masukan, dan semangat kepada para dai muda agar mampu menjadi pelanjut estafet dakwah di Kota Bekasi secara cerdas, konsisten, ...

OSIS SMPIT Thariq bin Ziyad dan Forum DAWAI Jatimulya, Bekasi Gelar Pelatihan Proposal dan Kemandirian Organisasi Pelajar

Bekasi, 16 Mei 2025 — Semangat kemandirian dan kepemimpinan mewarnai Aula SMPIT Thariq bin Ziyad Jatimulya, Bekasi, saat Forum DAWAI (Dai Wasathiyah Indonesia) bekerja sama dengan OSIS mengadakan pelatihan bertajuk "Merancang Kegiatan dan Membangun Kemandirian Pelajar". Pelatihan ini dihadiri langsung oleh Ketua Forum DAWAI, Dimas Fajri Adha, yang membawakan materi utama seputar penyusunan proposal kegiatan dan strategi membangun jejaring kerja sama (sponsorship edukatif). Dalam penyampaiannya, Dimas menjelaskan bahwa pembuatan proposal bukan sekadar kegiatan administratif, melainkan bagian dari proses pembelajaran menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan komunikatif. “Ini bukan tentang cari dana, tapi tentang menunjukkan bahwa kita punya rencana yang jelas, niat yang baik, dan kemampuan untuk mewujudkannya bersama,” ujar Dimas. Ia juga membagikan trik dan tips agar organisasi pelajar dapat berjalan efektif, yakni dengan komunikasi yang terbuka dan sikap profesi...

Ashabul Kahfi: Konteks Awal Kisah Tujuh Pemuda

Ashabul Kahfi: Konteks Awal Kisah Tujuh Pemuda 15 Apr 2023, 13:03 WIB Ketujuh pemuda dalam kisah Ashabul Kahfi hidup pada masa Kaisar Decius. Alquran mengandung kisah-kisah yang berhikmah besar. Di antaranya mengenai Para Penghuni Gua (Ashabul Kahfi), yang dinarasikan dalam Surah al-Kahf ayat 9–26. Walaupun firman Allah SWT itu tidak mencantumkan siapa nama mereka, di mana lokasi dan kapan peristiwa yang dimaksud, kisah tersebut benar-benar pernah terjadi. Kalangan sejarawan yang mengkajinya sering merujuk pada konteks sejarah penduduk Upsus (Ephesus). Ephesus merupakan nama kota kuno di pesisir Turki Barat—sekitar tiga kilometer Distrik Selçuk, Provinsi Izmir, Turki. Daerah yang diduga menjadi tempat tinggal Ashab al-Kahfi tidak hanya itu. Selain di sekitar Selçuk, ada pula Gua Eshab-ı Kehf, yang kini sebuah destinasi wisata di wilayah utara Kota Tarsus, Provinsi Mersin. Kemudian, Gua Eshab-ı Kehf Kulliye (Kompleks Utsmaniyyah-Islam) di Distrik Afsin, Provinsi Kahramanmaras. Pemerinta...