Langsung ke konten utama

Masih sering keliru penggunaan Subhanallah dan Masyaallah

Masih sering keliru penggunaan Subhanallah dan Masyaallah



Arti Subhanallah dan Masyaallah, Ketahui Perbedaan hingga Manfaatnya

Salah satu upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah dengan cara berzikir. Berdoa seraya memuji Sang Pencipta secara sungguh-sungguh dapat membuat hati menjadi lebih tentram dan terlindung dari marabahaya.

Umat muslim dapat berzikir dengan mengucap subhanallah dan masyaallah. Kedua lafaz tersebut sama-sama diungkapkan sebagai wujud mengagungkan kuasa Allah SWT.

Meski begitu, rupanya terdapat perbedaan arti subhanallah dan masyaallah yang harus diketahui umat Muslim. Berikut penjelasannya.

1. Arti subhanallah

Subhanallah yang berarti Maha Suci Allah kerap diucapkan saat berzikir setelah menunaikan salat. Subhanallah sendiri terdiri dari kata subhana dan Allah. Di mana subhana berasal dari kata sabahana-yasbahu yang artinya menjauh (dari hal-hal yang bersifat kotor agar tetap suci).

Sebagaimana disampaikan Abu Hurairah, “Suatu hari aku berjunub dan melihat Rasulullah SAW berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauh dari mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelahnya, aku menemui Rasulullah SAW dan beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah, mengapa kau malah pergi ketika kami muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman bertemu kalian dalam keadaan junub. Lalu, Rasulullah SAW bersabda: ‘Subhanallah, sesungguhnya, mukmin tidaklah najis.” (HR. Tirmidzi).

Subhanallah tidak hanya ditujukan untuk memuji kepada Allah SWT, melainkan juga sebagai upaya menyucikan-Nya dari segala hal buruk yang tidak pantas ada di dalam sifat-sifat-Nya. Seperti berperasangka jelek dan merasa tidak puas atas rezeki yang dimiliki.

Selain itu, umat muslim juga dapat mengucapkan lafaz subhanallah untuk meminta pertolongan agar dijauhkan dari segala hal yang bersifat tercela. Karena hanya Allah SWT lah sebaik-baiknya tempat berlindung.

Mohon info penggunaan kata yg tepat unt kata : masya Allah dan Subhanallah. Tepatnya bgmn ya?

Bu Subarkah. Sleman..

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Allah berfirman di surat al-Kahfi,

ูˆَู„َูˆْู„ุง ุฅِุฐْ ุฏَุฎَู„ْุชَ ุฌَู†َّุชَูƒَ ู‚ُู„ْุชَ ู…َุง ุดَุงุกَ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„ุง ู‚ُูˆَّุฉَ ุฅِู„َّุง ุจِุงู„ู„َّู‡ِ

“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)

Ayat ini dijadikan dalil sebagian ulama terkait kapan kita diajurkan mengucapkan masyaaAllah. Dalam ayat ini, orang mukmin menasehatkan kepada temannya pemilik kebun yang kafir, agar ketika masuk kebunnya dia mengucapkan, “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah” sehingga kebunnya tidak tertimpa hal yang tidak diinginkan.

Ketika menjelaskan ayat ini, Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,

ูˆูŠู†ุจุบูŠ ู„ู„ุฅู†ุณุงู† ุฅุฐุง ุฃุนุฌุจู‡ ุดูŠุก ู…ู† ู…ุงู„ู‡ ุฃู† ูŠู‚ูˆู„: “ู…ุง ุดุงุก ุงู„ู„ู‡ ู„ุง ู‚ูˆุฉ ุฅู„َّุง ุจุงู„ู„ู‡” ุญุชู‰ ูŠููˆุถ ุงู„ุฃู…ุฑ ุฅู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ู„ุง ุฅู„ู‰ ุญูˆู„ู‡ ูˆู‚ูˆุชู‡، ูˆู‚ุฏ ุฌุงุก ููŠ ุงู„ุฃุซุฑ ุฃู† ู…ู† ู‚ุงู„ ุฐู„ูƒ ููŠ ุดูŠุก ูŠุนุฌุจู‡ ู…ู† ู…ุงู„ู‡ ูุฅู†ู‡ ู„ู† ูŠุฑู‰ ููŠู‡ ู…ูƒุฑูˆู‡ุงً

Selayaknya bagi seseorang, ketika dia merasa kagum dengan hartanya, agar dia mengucapkan, “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah” sehingga dia kembalikan segala urusannya kepada  Allah, bukan kepada kemampuannya. Dan terdapat riwayat, bahwa orang yang membaca itu ketika merasa heran dengan apa yang dimilikinya, maka dia tidak akan melihat sesuatu yang tidak dia sukai menimpa hartanya. (Tafsir Surat al-Kahfi, ayat: 39).

Doakan Keberkahan

Disamping bacaan di atas, ketika kita melihat sesuatu yang mengagumkan dimiliki oleh orang lain, kita dianjurkan untuk mendoakan keberkahan untuknya. Misalnya dengan mengusapkan, Baarakallahu laka fiih, semoga Allah memberkahi anda dengan apa yang anda miliki.

Dari Abdillah bin Amir bin Rabiah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุฅِุฐَุง ุฑَุฃَู‰ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุฃَุฎِูŠู‡ِ ุฃَูˆْ ู…ِู†ْ ู†َูْุณِู‡ِ ุฃَูˆْ ู…ِู†ْ ู…َุงู„ِู‡ِ ู…َุง ูŠُุนْุฌِุจُู‡ُ ูَู„ْูŠُุจَุฑِّูƒْู‡ُ ูَุฅِู†َّ ุงู„ْุนَูŠْู†َ ุญَู‚ٌّ

Apabila kalian melihat ada sesuatu yang mengagumkan pada saudaranya atau dirinya atau hartanya, hendaknya dia mendoakan keberkahan untuknya. Karena serangan ain itu benar. (HR. Ahmad 15700, Bukhari dalam at-Tarikh 2/9 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Kapan Dianjurkan Mengucapkan Subhanallah?

Terdapat beberapa keadaan, dimana kita dianjurkan mengucapkan subhanallah. Diantaranya,

Pertama, ketika kita keheranan terdapat sikap.

Tidak kaitannya dengan keheranan terhadap harta atau fisik atau apa yang dimiliki orang lain. Tapi keheranan terhadap sikap.

Misalnya, terlalu bodoh, terlalu kaku, terlalu aneh, dst.

Kita lihat beberapa kasus berikut,

Kasus pertama, Abu Hurairah pernah ketemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi junub. Lalu Abu Hurairah pergi mandi tanpa pamit. Setelah balik, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, mengapa tadi dia pergi. Kata Abu Hurairah, “Aku junub, dan aku tidak suka duduk bersama anda dalam keadaan tidak suci.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุณُุจْุญَุงู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฅِู†َّ ุงู„ْู…ُุณْู„ِู…َ ู„ุงَ ูŠَู†ْุฌُุณُ

Subhanallah, sesungguhnya muslim itu tidak najis. (HR. Bukhari 279)

Kasus kedua, ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan bagaimana cara membersihkan bekas haid setelah suci. Beliau menyarankan, “Ambillah kapas yang diberi minyak wangi dan bersihkan.”

Wanita ini tetap bertanya, “Lalu bagaimana cara membersihkannya.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa malu untuk menjawab dengan detail, sehingga beliau hanya mengatakan,

ุณُุจْุญَุงู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุชَุทَู‡َّุฑِู‰ ุจِู‡َุง

“Subhanallah.., ya kamu bersihkan pakai kapas itu.”

Aisyah paham maksud Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliaupun langsung menarik wanita ini dan mengajarinya cara membersihkan darah ketika haid. (HR. Bukhari 314 & Muslim 774)

Kasus ketiga, Aisyah pernah ditanya seseorang,

“Apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Allah?”

Aisyah langsung mengatakan,

ุณُุจْุญَุงู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ ู„َู‚َุฏْ ู‚َูَّ ุดَุนْุฑِู‰ ู„ِู…َุง ู‚ُู„ْุช

Subhanallah, merinding bulu romaku mendengar yang kamu ucapkan. (HR. Muslim 459).

an-Nawawi mengatakan,

ุฃู† ุณุจุญุงู† ุงู„ู„ู‡ ููŠ ู‡ุฐุง ุงู„ู…ูˆุถุน ูˆุฃู…ุซุงู„ู‡ ูŠุฑุงุฏ ุจู‡ุง ุงู„ุชุนุฌุจ ูˆูƒุฐุง ู„ุงุงู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆู…ุนู†ู‰ ุงู„ุชุนุฌุจ ู‡ู†ุง ูƒูŠู ูŠุฎูู‰ ู…ุซู„ ู‡ุฐุง ุงู„ุธุงู‡ุฑ ุงู„ุฐูŠ ู„ุงูŠุญุชุงุฌ ุงู„ุฅู†ุณุงู† ููŠ ูู‡ู…ู‡ ุฅู„ู‰ ููƒุฑ ูˆููŠ ู‡ุฐุง ุฌูˆุงุฒ ุงู„ุชุณุจูŠุญ ุนู†ุฏ ุงู„ุชุนุฌุจ ู…ู† ุงู„ุดูŠุก ูˆุงุณุชุนุธุงู…ู‡

Bahwa ucapan subhanallah dalam kondisi semacam ini maksudnya adalah keheranan. Demikian pula kalimat laa ilaaha illallah. Makna keheranan di sini, bagaimana mungkin sesuatu yang sangat jelas semacam ini tidak diketahui. Padahal seseorang bisa memahaminya tanpa harus serius memikirkannya. Dan dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya membaca tasbih ketika keheranan terhadap sesuatu atau menganggap penting kasus tertentu. (Syarh Shahih Muslim, 4/14).

Kedua, Keheranan ketika ada sesuatu yang besar terjadi

Misalnya melihat kejadian yang luar biasa.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang tersentak bangun di malam hari, karena keheranan melihat sesuatu yang turun dari langit.

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, bahwa pernah suatu malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidurnya.

ุณُุจْุญَุงู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ ู…َุงุฐَุง ุฃُู†ْุฒِู„َ ุงู„ู„َّูŠْู„َุฉَ ู…ِู†َ ุงู„ْูِุชَู†ِ

“Subhanallah, betapa banyak fitnah yang turun di malam ini.” (HR. Bukhari 115).

Dalam kasus lain, beliau juga pernah merasa terheran ketika melihat ancaman besar dari langit. Terutama bagi orang yang memiliki utang,

Dari Muhammad bin Jahsy radhiallahu ‘anhu, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ke arah langit, kemudian beliau bersabda,

ุณُุจْุญَุงู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ ู…َุงุฐَุง ู†ُุฒِّู„َ ู…ِู†َ ุงู„ุชَّุดْุฏِูŠุฏِ

“Subhanallah, betapa berat ancaman yang diturunkan ….”

Kemudian, keesokan harinya, hal itu saya tanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, ancaman berat apakah yang diturunkan?’

Beliau menjawab,

ูˆَุงู„َّุฐِู‰ ู†َูْุณِู‰ ุจِูŠَุฏِู‡ِ ู„َูˆْ ุฃَู†َّ ุฑَุฌُู„ุงً ู‚ُุชِู„َ ูِู‰ ุณَุจِูŠู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุซُู…َّ ุฃُุญْูŠِู‰َ ุซُู…َّ ู‚ُุชِู„َ ุซُู…َّ ุฃُุญْูŠِู‰َ ุซُู…َّ ู‚ُุชِู„َ ูˆَุนَู„َูŠْู‡ِ ุฏَูŠْู†ٌ ู…َุง ุฏَุฎَู„َ ุงู„ْุฌَู†َّุฉَ ุญَุชَّู‰ ูŠُู‚ْุถَู‰ ุนَู†ْู‡ُ ุฏَูŠْู†ُู‡ُ

‘Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya ada seseorang yang terbunuh di jalan Allah, lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), sementara dia masih memiliki utang, dia tidak masuk surga sampai utangnya dilunasi.'” (HR. Nasa’i 4701 dan Ahmad 22493; dihasankan al-Albani).

Kata Ali Qori, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan subhanallah karena takjub (keheranan) melihat peristiwa besar yang turun dari langit.  (Mirqah al-Mafatih, 5/1964).

Demikian,

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)



Referensi: https://konsultasisyariah.com/24593-kapan-kita-mengucapkan-subhanallah-dan-masyaallah.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Life's Too Short to Worry So Much

Life’s Too Short to Worry So Much: Inspirasi untuk Jiwa yang Terlalu Sibuk Cemas Oleh : Dimas Fajri Adha, SE. Kita hidup di zaman yang menuntut banyak hal: performa tinggi, stabilitas finansial, relasi yang ideal. Akibatnya, banyak dari kita terjebak dalam overthinking. Kita takut gagal, takut miskin, takut ditinggal, takut tidak mencapai ekspektasi dunia. Tapi, pertanyaannya: apakah hidup ini memang untuk dicemaskan? Ataukah untuk dijalani dengan tenang dan iman yang matang? Hidup ini terlalu singkat untuk kita habiskan dalam bayang-bayang kecemasan. Dunia ini bukan untuk dimiliki, tapi untuk dilalui—dengan sabar dan syukur. 1. Perspektif Ilmiah: Kecemasan dan Kerusakan Sistemik Studi dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa stres kronis dapat merusak sistem imun, mempercepat penuaan sel, dan menjadi penyebab utama penyakit jantung, tekanan darah tinggi, bahkan depresi. Dalam bahasa ringkas: terlalu banyak cemas membuat kita “mati lebih cepat” secara fisik dan psikis....

Forum DAWAI Gelar Halalbihalal: Satukan Semangat Dakwah Wasathiyah di Bekasi Timur

Bekasi, 4 Mei 2025 — Forum Dai Wasathiyah Indonesia (DAWAI) menyelenggarakan kegiatan halalbihalal berlokasi di area Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur. Acara ini menjadi momen penting untuk mempererat ukhuwah dan merawat semangat dakwah di tengah dinamika zaman yang terus berubah. Acara ini turut mengundang sejumlah tokoh penting sebagai bentuk dukungan dan pembinaan terhadap gerakan dakwah para dai muda. Hadir dalam kesempatan tersebut KH. Drs. Nur Rasyid, M.Pd.I., M.Si. selaku perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Bekasi Timur, para alumni senior Program Kaderisasi Ulama (PKU) MUI Kota Bekasi dari angkatan I hingga III, serta para dosen pembina PKU, seperti KH. Jamalullail, Lc. dan Dr. Sa’dullah, M.Si.. Kehadiran mereka memberikan warna tersendiri bagi Forum DAWAI—yang dibentuk oleh alumni PKU angkatan IV—dalam upaya memberikan arahan, masukan, dan semangat kepada para dai muda agar mampu menjadi pelanjut estafet dakwah di Kota Bekasi secara cerdas, konsisten, ...

DASAR-DASAR MANTIQ (Logika Dasar dalam Islam)

Level Pemula: Untuk Dakwah dan Tadabbur 1. Apa Itu Mantiq? Definisi: Mantiq secara bahasa berarti “ucapan yang runtut.” Secara istilah, mantiq adalah ilmu yang mempelajari cara berpikir yang benar agar terhindar dari kesalahan dalam memahami atau menyimpulkan sesuatu. Dalil Indikatif: > “Afala ta'qilun?” – (Apakah kalian tidak berpikir?) – (QS. Al-Baqarah: 44, dan banyak lainnya) → Al-Qur’an mendorong penggunaan akal yang benar. Ungkapan "afalฤ ta‘qilลซn" (ุฃَูَู„َุง ุชَุนْู‚ِู„ُูˆู†َ) yang bermakna "maka apakah kalian tidak menggunakan akal?" adalah ungkapan Al-Qur’an yang sering diulang dalam konteks seruan untuk berpikir, merenung, dan menggunakan akal sehat. Dalil dan Referensinya Frasa "ุฃَูَู„َุง ุชَุนْู‚ِู„ُูˆู†َ" muncul dalam banyak ayat, di antaranya: 1. Surah Al-Baqarah ayat 44 > ุฃَุชَุฃْู…ُุฑُูˆู†َ ูฑู„ู†َّุงุณَ ุจِูฑู„ْุจِุฑِّ ูˆَุชَู†ุณَูˆْู†َ ุฃَู†ูُุณَูƒُู…ْ ูˆَุฃَู†ุชُู…ْ ุชَุชْู„ُูˆู†َ ูฑู„ْูƒِุชَู€ٰุจَ ۚ ุฃَูَู„َุง ุชَุนْู‚ِู„ُูˆู†َ > “Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat kebajikan, sedangka...