Langsung ke konten utama

Keimanan Modal Kemenangan

 Keimanan Modal Kemenangan





_Oleh: Yanyan Kusyana, S. Pd_


Alkisah dalam sebuah peperangan yang sangat monumental yaitu Perang Mu'tah. Antara 3000 pasukan muslimin melawan 200.000 pasukan Romawi.


Ketika pasukan kaum muslimin bersiap sedia berangkat ke medan perang, banyak orang Madinah keluar untuk mengucapkan selamat jalan.  

Di tengah perjalanan mereka berhenti di kawasan Maan di wilayah Syam. Salah seorang pimpinan Pasukan kaum muslimin yaitu Zaid bin Haritsah merasa khawatir karena jumlah pasukannya lebih kecil dibandingkan pasukan musuh.


Titah Zaid kepada mereka: "Mari kita bermusyawarah untuk membicarakan tindakan yang sebaiknya kita ambil sebelum menghadapi pasukan Roma". 

Direspon langsung oleh mereka, "Kami setuju dengan pendapat Panglima". 


Di tengah keragu-raguan demikian, maka *Abdullah bin Rawahah* berkata kepada para pasukan dengan lantang,: 

"Kita berperang dengan pihak musuh bukan karena senjata, bukan karena kekuatan, dan bukan pula karena jumlah yang besar. Kita berperang dengan mereka karena agama Allah dan akan dimuliakan oleh-Nya. Mari kita berjuang dan semoga dianugerahkan 

salah satu dari dua pahala, yaitu menang atau mati syahid."


Terngiang dalam ingatan kita, ketika. Zaid bin Haritsah, Jaafar bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah ra. ditunjuk oleh Rasulullah saw sebagai pimpinan pasukan, bukan perasaan senang tapi reaksi mereka adalah menangis terutama Abdullah bin Ruwahah karena saking takutnya terhadap Allah swt juga teringat dosa-dosanya, bagaimana ia bisa mempertanggung jawabkannya.


Itulah bukti keimanan yang sangat mendalam dari Abdullah bin Rawahah sehingga bisa mengobarkan semangat pasukan kaum muslimin disamping rasa takutnya yang amat kepada Rabb-nya, yang akhir kehidupan beliau menjemput syahidnya di Medan perang.


Tidaklah mungkin para Sahabat dan para Tabi'in bisa memenangkan peperangan demi peperangan, begitu pun dengan para Pejuang atau Pahlawan Islam bisa teguh pendiriannya dalam berjuang untuk memenangkan satu pertempuran ke pertempuran lainnya kalau lah mereka semua tidak memiliki keimanan yang sangat kuat.


_Wallahu A'lam_


Keimanan Modal Kemenangan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Life's Too Short to Worry So Much

Life’s Too Short to Worry So Much: Inspirasi untuk Jiwa yang Terlalu Sibuk Cemas Oleh : Dimas Fajri Adha, SE. Kita hidup di zaman yang menuntut banyak hal: performa tinggi, stabilitas finansial, relasi yang ideal. Akibatnya, banyak dari kita terjebak dalam overthinking. Kita takut gagal, takut miskin, takut ditinggal, takut tidak mencapai ekspektasi dunia. Tapi, pertanyaannya: apakah hidup ini memang untuk dicemaskan? Ataukah untuk dijalani dengan tenang dan iman yang matang? Hidup ini terlalu singkat untuk kita habiskan dalam bayang-bayang kecemasan. Dunia ini bukan untuk dimiliki, tapi untuk dilalui—dengan sabar dan syukur. 1. Perspektif Ilmiah: Kecemasan dan Kerusakan Sistemik Studi dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa stres kronis dapat merusak sistem imun, mempercepat penuaan sel, dan menjadi penyebab utama penyakit jantung, tekanan darah tinggi, bahkan depresi. Dalam bahasa ringkas: terlalu banyak cemas membuat kita “mati lebih cepat” secara fisik dan psikis....

Forum DAWAI Gelar Halalbihalal: Satukan Semangat Dakwah Wasathiyah di Bekasi Timur

Bekasi, 4 Mei 2025 — Forum Dai Wasathiyah Indonesia (DAWAI) menyelenggarakan kegiatan halalbihalal berlokasi di area Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur. Acara ini menjadi momen penting untuk mempererat ukhuwah dan merawat semangat dakwah di tengah dinamika zaman yang terus berubah. Acara ini turut mengundang sejumlah tokoh penting sebagai bentuk dukungan dan pembinaan terhadap gerakan dakwah para dai muda. Hadir dalam kesempatan tersebut KH. Drs. Nur Rasyid, M.Pd.I., M.Si. selaku perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Bekasi Timur, para alumni senior Program Kaderisasi Ulama (PKU) MUI Kota Bekasi dari angkatan I hingga III, serta para dosen pembina PKU, seperti KH. Jamalullail, Lc. dan Dr. Sa’dullah, M.Si.. Kehadiran mereka memberikan warna tersendiri bagi Forum DAWAI—yang dibentuk oleh alumni PKU angkatan IV—dalam upaya memberikan arahan, masukan, dan semangat kepada para dai muda agar mampu menjadi pelanjut estafet dakwah di Kota Bekasi secara cerdas, konsisten, ...

DASAR-DASAR MANTIQ (Logika Dasar dalam Islam)

Level Pemula: Untuk Dakwah dan Tadabbur 1. Apa Itu Mantiq? Definisi: Mantiq secara bahasa berarti “ucapan yang runtut.” Secara istilah, mantiq adalah ilmu yang mempelajari cara berpikir yang benar agar terhindar dari kesalahan dalam memahami atau menyimpulkan sesuatu. Dalil Indikatif: > “Afala ta'qilun?” – (Apakah kalian tidak berpikir?) – (QS. Al-Baqarah: 44, dan banyak lainnya) → Al-Qur’an mendorong penggunaan akal yang benar. Ungkapan "afalā ta‘qilūn" (أَفَلَا تَعْقِلُونَ) yang bermakna "maka apakah kalian tidak menggunakan akal?" adalah ungkapan Al-Qur’an yang sering diulang dalam konteks seruan untuk berpikir, merenung, dan menggunakan akal sehat. Dalil dan Referensinya Frasa "أَفَلَا تَعْقِلُونَ" muncul dalam banyak ayat, di antaranya: 1. Surah Al-Baqarah ayat 44 > أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَـٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ > “Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat kebajikan, sedangka...